Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Layanan Bimbingan Belajar untuk Anak yang Memiliki bakat Paragnosi dan Parergi



Layanan Bimbingan Belajar untuk Anak yang Memiliki bakat Paragnosi dan Parergi
                       
            Manusia umumnya memiliki lima indra atau pancaindra yaitu mendengar, mencium, meraba, melihat dan mengecap. Tetapi ada beberapa atau sebagian dari manusia yang memiliki kelebihan pada indranya. Ada yang menyebutnya indra keenam, paranormal, orang pintar, indigo, dan sebagainya. Ahli psikologi tertarik untuk meneliti tentang hal ini. Sampai lahirlah ilmu parapsikologi. Parapsikologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti gejala – gejala atau data – data yang dipandang ajaib seperti ramalan, telepati, tahan api, melayang diatas tanah, dan lain sebagainya. Gejala psikologi dibedakan antara gejala psikologi yang normal dan anormal. Gejala psikologi yang a-normal dibagi menjadi:
a.       Gejala – gejala psikologi yang abnormal (Ketidakseimbangan cara berfikir)
b.      Gejala – gejala psikologi yang supranormal (Kemampuan diatas normal namun tetap
menggunakan pancaindra)
c.       Gejala – gejala psikologi yang paranormal
Paranormal dibagi menjadi dua garis besar yaitu paragnosi dan parergi:
1.      Paragnosi : Pengamatan yang terjadi diluar pancaindra manusia, yang berkaitan dengan gejala yang subjektif, mental dan intelektual. Pengamatan didapatnya secara spontan. Orang yang memiliki bakat ini disebut paragnos. Pengamatannya secara spontan dapat melalui mimpi atau secara kasat mata langsung mendapat pengamatan yang sempurna yang tidak mungkin dilakukan oleh pancaindra. Contoh : melihat keadaan masa lalu, bertemu dengan orang yang sudah meninggal, mellihat hal – hal gaib, mengamati dengan pendengaran, dan lain sebagainya.

2.      Parergi : Pengamatan karena psikhe yang menyebabkan perubahan berupa fisik tanpa menggunakan fisik, atau gejala objektif. Parergi dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu :
2.a. Parergi Intrasomatik atau Parergi Parafisiogi
      Gejala yang timbul dari dalam tubuh anak yang berbakat seperti penyembuhan, tahan racun, bilokasi (berada dalam dua tempat sekaligus) atau mengalami perubahan fisiknya tanpa memberikan stimulus. Seperti lebam, asap dari tubuh, dsb
2.b. Parergi Perisomatik atau Parergi ekstrasomatik
      Gejala terjadi diluar tubuh anak yang berbakat seperti bergeraknya benda benda, dsb.
Guru bimbingan dan konseling (guru bk) di sekolah bisa saja menemukan anak – anak dengan  kemampuan atau bakat paragnosi dan parergi. Anak dengan kemampuan ini memiliki tingkat sensitifitas yang sangat tinggi. Sensitifitas meliputi :
a.       Pengamatan,
b.      Intuisi (Pengamatan langsung yang dilakukan oleh batin)
c.       Fantasi (Menciptakan sesuatu karena pengaruh pikiran, kemauan dan juga perasaan)
d.      Visiun (Melihat atau mendengar sesuatu tentang orang, benda, atau keadaan atau lain sebagainya yang secara wajar tidak bisa mendengar atau melihat. Misalnya kejadian yang akan datang, masa lalu maupun kejadian yang sedang terjadi di tempat lain)
e.       Ilusi (Unsur – unsur pengamatan diproduksi kembali dan saling bergabung sehingga tidak bisa membedakan mana yang asli dan diproduksi kembali. Gambaran objek menjadi rusak sehingga menimbulkan persepsi yang salah)
f.       Halusinasi (Kesan – kesan berbentuk seperti pengamatan biasa tetapi tidak ada realitasnya)
g.      Impian/ Mimpi

Anak dengan tingkat sensitifitas seperti yang disebutkan diatas memang memiliki banyak kenggulan dalam melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat, dirasakan, didengar maupun dialami setiap orang. Namun anak dengan kemampuan ini dapat mempengaruhi pola pikirnya dan dapat mengganggu konsentrasi belajarnya. Seperti adanya illusi, visiun, halusinasi yang mencul ketika anak sedang dalam kondisi belajar. Anak akan sulit untuk berkonsentrasi dalam pelajaran yang diberikan guru. Ketika di rumah pun anak juga sulit untuk belajar. Maka anakpun mengalami masalah belajar. Terlebih jika anak tersebut masih duduk di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Maka dari itu peran orang tua serta guru selaku orang tua siswa di sekolah, harus paham bagaimana menangangi serta mengembangkan anak – anak yang memiliki bakat paragnosi dan parergi. Guru bk dapat memberikan layanan bimbingan belajar dengan menggunakan teori belajar pemrosesan informasi yang dikemukakan Gagne. Pemrosesan informasi sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir. Tahapan meliputi 8 fase, namun sebelum melangkah jauh dengan menggunkan teori tersebut, langkah awal yang dapat diambil yaitu:
1.      Memberikan AUM PTSDL (Alat Ungkap Masalah Prasyarat Penguasaan materi pelajaran, Keterampilan belajar, Sarana belajar, Keadaan diri pribadi, Lingkungan belajar dan sosio-emosional) untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi masalah belajarnya selain dari bakat paragnosi dan parergi. Serta meningkatkan cara belajar yang sudah baik.
2.      Menganalisis hasil belajar dan karyanya. Hasil belajar diamati dengan cara yang sistematik dan menggunakan pedoman tertentu agar pengamatan terarah.

Setelah itu, konselor dapat memberikan bantuan dengan menggunakan 8 fase penerapan teori pemrosesan informasi :
1.      Fase Motivasi
Anak dengan bakat ini harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan bahwa belajar ia dapat membantu keluarga, orang lain, dan teman sekitarnya  dengan kemampuan yang dimilikinya.

2.      Fase Pemahaman/Pengenalan
Pemahaman akan apa yang ia miliki serta fungsi belajar. Belajar akan membuat anak lebih mampu untuk berfikir rasional dan sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia. Dan kewajibannya sebagai seoang pelajar. Pemahaman bahwa segala sesuatu yang ada dalam diri manusia pasti memiliki fungsi. Informasi yang diperolehnya haruslah dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

3.      Fase Pemerolehan
Bila anak tersebut memperhatikan informasi yang relavan, maka ia telah siap untuk menerima pembelajaran. Informasi disajikan, informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori anak/ siswa. Siswa dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari informasi itu atau membentuk asosiasi baru antara informasi baru dan informasi lama.

4.      Fase Penyimpanan/Retensi 
Informasi baru yang diperoleh daru dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktik, elaborasi, dll. Anak dengan kemampuan ini dapat menerima informasi tentang kejadian yang akan datang. Guru bk dapat memberikannya pemahaman bahwa segala informasi yang didapat tidak sepenuhnya harus diungkapkan karena dapat menimbulkan keresahan. Maka penting untuk memberikan pemahaman bahwa informasi dapat disimpan dahulu sampai waktu yang tepat untuk dikeluarkan. Terlebih jika informasi itu datang ketika dalam suasana belajar.

5.      Fase Ingatan Kembali/Pemanggilan/Recall.
Bagian penting dalam belajar adalah memperoleh hubungan dengan apa yang telah dipelajari, yaitu dengan memanggil (Recall) informasi. Ingatan kembali sering kali muncul dan bersamaan dengan informasi baru. Namun guru bk mengarahkan anak untuk memanggil ingatan kembali tentang pelajaran yang didapat agar selalu konsen ketika sedang belajar. Bukan informasi mengenai hal diluar materi pembelajaran.

6.      Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar.

7.      Fase Perlakuan/Penampilan
Pra siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak. Seperti sudh bisa menahan emosinya, menahan mengenalikan konsentrasi dan lain sebagainya.
8.      Fase Balikan/ Umpan balik

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, yang menunjukan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.

            Memang tidaklah mudah untuk membuat anak dengan kemampuan ini untuk dapat berkonsentrasi secara maksimal ketika sedang dalam proses belajar mengajar tetapi dalam keadaan apaun ia dapat belajar jika ia sudah mengenali konsep belajar dalam dirinya. Anak dengan bakat ini biasanya memiliki intelejensi diatas rata – rata tetapi memiliki hambatan dalam belajar karena sulit berkonsentrasi dan kesulitan untuk menahan diri.


Daftar Pustaka
Feldmen, Robert S. 2012, Pengantar Psikologi : Understanding Psychology. Terj. Petty Gina Gayatri,  Ed.10, Bk.2. Jakarta : Salemba Humanika
Kartoadmojo, Soeanto. 1995,  Parapsikologi : Paragnosi, Parergi, dan Data Paranormal. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar