Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Selamat Berkunjung


Selamat datang generasi penerus


Belajar sambil bermusik tentu membuat materi menjadi mudah diserap oleh otak dan meningkatkan daya ingat.

Blog ini berisi postingan ilmu tentang bimbingan dan konseling serta ilmu umum lain yang luke dapat selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka.

Selamat membaca dan menikmati lagu - lagu di blog ini 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Konseling di Sekolah Dasar



Konseling di Sekolah Dasar

Hampir seluruh Sekolah Dasar (SD) di Indonesia tidak memiliki fasilitas bimbingan dan konseling. Hanya sekolah – sekolah elit yang memiliki fasilitas ini. Jika memandang dari sudut psikologi perkembangan, anak usia 6 atau 7 – 12 tahun adalah masa dimana pembelajaran serta pembiasaan yang baik sangat diperlukan. Banyak hal yang harus dirubah dan berubah dengan sendirinya ketika sudah memasuki usia sekolah. Pembiasaan yang ditanamkan akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya sampai ia dewasa. Periode dimana anak sedang berlomba – lomba untuk memajukan kemampuannya atau sedang pada titik puncak rajin belajar. Di Amerika dan negara maju lainnya, pembagian waktu untuk mengadakan bimbingan dan konseling, lebih banyak diberikan kepada anak SD dibanding Sekolah Menengah. Seperti yang dikemukakan Robert L. Gibson dan Marriane H. Mitchell tercantum dalam tabel berikut :
Aktifitas Konselor
SD
SMP
SMA
Konseling Individu
2.5
2
2
Mengorganisasikan dan melakukan konseling  kelompok
10
10.5
10.5
Aktivitas bimbingan kelas dan kelompok
4
6
1.5
Pemberian dan penginterpretasian tes standar
7
6
-
 Asesmen Non – Standar (cth : Studi kasus, observasi, penyebaran kuesioner, pengumpulan informasi)
5
4
-
Asesmen Kebutuhan (Untuk menentukan prioritas kebutuhan proposal target)
9
-
-
Aktivitas konsultasi
1
-
8
Menyediakan bimbingan dan informasi karir
-
3
5
Menyediakan bimbingan dan informasi pendidikan (meliputi beasiswa, pengarahan bidang studi, penjadwalan siswa)
-
9
1
Aktivitas - aktivitas perencanaan dan pengimplementasian pencegahan
2.5
8
4
Aktivitas - aktivitas perkembangan
7
10.5
9
Aktivitas – aktivitas adminstratif
6
1
3
Penyebaran informasi, komunikasi publik dan aktivitas hubungan publik lainnya
9
5
7
Lain - lain
-
-
-
*dalam persentase
            Konselor di SD memang memiliki tugas – tugas yang sedikit berbeda dengan konselor di Sekolah menengah. Penitikberatan tugas kepada konsultasi dan koordinasi baik dengan orang tua, wali kelas, guru mata pelajaran, dan siswa itu sendiri.  Fungsi – fungsi utama konselor di SD yaitu :
1.      Konselor
Meskipun intensitas konseling individu kecil, tetapi konselor harus peka terhadap segala kejadian dan kegiatan siswa. Karena masa SD adalah masa kelompok, dimana anak lebih mendominasi dirinya untuk kelompok yang dapat menyebabkan tindak kekerasan, bullying, penyalahgunaan obat – obatan, serta kebiasaan – kebiasaan lain yang sering dilakukan kelompok. Kondisi keluarga juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

2.    1.   Konsultan
Bekerjasama dengan kepala sekolah, wali kelas dan guru mata pelajaran untuk menyelesaikan masalah siswa dan perkembangannya dalam belajar maupun sikap dan tingkah laku.

3.     2.  Koordinator
Mengkoordinasi berbagai aktivitas bimbingan di sekolah. Seperti berkoordinasi untuk mendatangkan dokter gigi, program dokter kecil, kontribusi psikolog dan lain sebagainya.

4.     3.  Agen Orientasi
Sekolah Dasar merupakan tempat terbesar pertama seorang anak untuk melakukan sosialisasi. Terlebih jika anak tidak mengikuti sekolah awal atau Taman Kanak – kanak (TK). Menjadi tugas penting untuk seorang koselor untuk dapat membuatnya nyaman untuk bersekolah dengan mengenalkan apa saja fasilitas yang ada di sekolah.
5.      4. Agen Asesmen
Selain wali kelas, komselor juga bertanggung jawb untuk mengetahui sejauh mana perkembangan siswa. Terlebih jika orang tua sedang mengambil raport anaknya. Banyak hal yang akan ditanyakan seputar kemajuan anaknya, dimana orang tua memiliki harapan besar bahwa anaknya memiliki perubahan yang signifikan. Konselor harus memahami siswa, sosiologi sekolah, dan pengaruh – pengaruh lingkungan yang lain bagi perilaku siswa.

6.      Pengembangan Karir
            Fondasi yang kuat akan membuat siswa menjadi matang untuk mengonsep dirinya akan menjadi apa kelak. Meskipun sebagian besar cita – cita anak SD, mengikuti profesi ang sering bersentuhan langsung dengan dirinya seperti guru, dokter dan polisi. Pengembangan karir ini dapat diberikan sejak duduk di kelas 4. Terlebih siswa yang duduk di kelas 6 dan akan melanjutkan ke Sekolah Menengah, bekal informasi dan pengembangan karirnya haruslah optimal agar kelak ia tidak memiliki konsep diri dan cita -  cita yang salah.

7.      Agen Pencegahan
            Pencegahan – pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi kemungkinan – kemungkinan masalah yang akan terjadi pada usia ini, seperti mencegah aniaya dan tindak kekerasan, mencegah penyalahgunaan obat, mengembangkan konsep diri, mengembangkan rasa aman pribadi, mengembangkan keterampilan bersosialisasi, mencegah kehamilan dini, mencegah putus sekolah prematir, mencegah vandalisme sekolah.
            Konselor di SD adalah sumber daya tertinggi yang dibutuhkan oleh ratusan siswa di sekolahnya. Mereka diliht sebagai orang dewasa yang tidak pernah menghakimi atau meremehkan mereka. Anak di SD, merupakan peniru ulung, maka sikap konselor yang baik akan menjadi contoh yang baik untuk anak. Pendidikan afeksi sangat digemari oleh siswa seperti mersakan sesuatu, memikirkan sesuatu, mengimajinasikan sesuatu, memberikan contoh kasus lal menunjukan cara untuk menghadapi dan konsekuensinya.Teknik yang digunakan dapat melalui musik, film, gambar, warna, dan alat – alat lain sesuai kebutuhan. Tujuannya sederhana, mengangkat keceriaan, membangkitkan semangat, menularka kreativitas bahwa pembelajaran dapat dilakukan dengan segala cara, dan yang paling penting mendorong mereka mencintai kehidupan dan mau terus belajar menjadi bermakna.
            Konseling di sekolah dasar mestinya mempertimbangkan sejumlah karakteristik siswa seperti berikut :
·         a. Mengalami pertumbuhan, perkembangan dan perubahan terus menerus
·         b. Terus menerus mengintegrasikan pengalaman – pengalaman
·         c. Relatif terbatas kemampuannya untuk berkata dengan baik dan benar
·        d.  Daya nalar belum sepenuhya berkembang
·        e.  Kemampuan sekolah dasar untuk berkonsentrasi dalam periode waktu yang sangat lama
·       f. Antusiasme dan minat siswa SD bersifat jangka pendek dan langsung, sulit membuat prediksi jangka panjang, cenderung reaktif dan spontan
·   g. Siswa SD menampilkan perasaannya kurang lebih secara terbuka, jujur, lugas, sederhana dan apa adanya.

Banyak hal yang terjadi pada usia ini. Maka konselor wajib untuk terus belajar.

Daftar Pustaka :
Gibson, Robet L, Marianne H. Mitchel. 2011, Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Surya, Hendra. 2004. Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Layanan Bimbingan Belajar untuk Anak yang Memiliki bakat Paragnosi dan Parergi



Layanan Bimbingan Belajar untuk Anak yang Memiliki bakat Paragnosi dan Parergi
                       
            Manusia umumnya memiliki lima indra atau pancaindra yaitu mendengar, mencium, meraba, melihat dan mengecap. Tetapi ada beberapa atau sebagian dari manusia yang memiliki kelebihan pada indranya. Ada yang menyebutnya indra keenam, paranormal, orang pintar, indigo, dan sebagainya. Ahli psikologi tertarik untuk meneliti tentang hal ini. Sampai lahirlah ilmu parapsikologi. Parapsikologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti gejala – gejala atau data – data yang dipandang ajaib seperti ramalan, telepati, tahan api, melayang diatas tanah, dan lain sebagainya. Gejala psikologi dibedakan antara gejala psikologi yang normal dan anormal. Gejala psikologi yang a-normal dibagi menjadi:
a.       Gejala – gejala psikologi yang abnormal (Ketidakseimbangan cara berfikir)
b.      Gejala – gejala psikologi yang supranormal (Kemampuan diatas normal namun tetap
menggunakan pancaindra)
c.       Gejala – gejala psikologi yang paranormal
Paranormal dibagi menjadi dua garis besar yaitu paragnosi dan parergi:
1.      Paragnosi : Pengamatan yang terjadi diluar pancaindra manusia, yang berkaitan dengan gejala yang subjektif, mental dan intelektual. Pengamatan didapatnya secara spontan. Orang yang memiliki bakat ini disebut paragnos. Pengamatannya secara spontan dapat melalui mimpi atau secara kasat mata langsung mendapat pengamatan yang sempurna yang tidak mungkin dilakukan oleh pancaindra. Contoh : melihat keadaan masa lalu, bertemu dengan orang yang sudah meninggal, mellihat hal – hal gaib, mengamati dengan pendengaran, dan lain sebagainya.

2.      Parergi : Pengamatan karena psikhe yang menyebabkan perubahan berupa fisik tanpa menggunakan fisik, atau gejala objektif. Parergi dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu :
2.a. Parergi Intrasomatik atau Parergi Parafisiogi
      Gejala yang timbul dari dalam tubuh anak yang berbakat seperti penyembuhan, tahan racun, bilokasi (berada dalam dua tempat sekaligus) atau mengalami perubahan fisiknya tanpa memberikan stimulus. Seperti lebam, asap dari tubuh, dsb
2.b. Parergi Perisomatik atau Parergi ekstrasomatik
      Gejala terjadi diluar tubuh anak yang berbakat seperti bergeraknya benda benda, dsb.
Guru bimbingan dan konseling (guru bk) di sekolah bisa saja menemukan anak – anak dengan  kemampuan atau bakat paragnosi dan parergi. Anak dengan kemampuan ini memiliki tingkat sensitifitas yang sangat tinggi. Sensitifitas meliputi :
a.       Pengamatan,
b.      Intuisi (Pengamatan langsung yang dilakukan oleh batin)
c.       Fantasi (Menciptakan sesuatu karena pengaruh pikiran, kemauan dan juga perasaan)
d.      Visiun (Melihat atau mendengar sesuatu tentang orang, benda, atau keadaan atau lain sebagainya yang secara wajar tidak bisa mendengar atau melihat. Misalnya kejadian yang akan datang, masa lalu maupun kejadian yang sedang terjadi di tempat lain)
e.       Ilusi (Unsur – unsur pengamatan diproduksi kembali dan saling bergabung sehingga tidak bisa membedakan mana yang asli dan diproduksi kembali. Gambaran objek menjadi rusak sehingga menimbulkan persepsi yang salah)
f.       Halusinasi (Kesan – kesan berbentuk seperti pengamatan biasa tetapi tidak ada realitasnya)
g.      Impian/ Mimpi

Anak dengan tingkat sensitifitas seperti yang disebutkan diatas memang memiliki banyak kenggulan dalam melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat, dirasakan, didengar maupun dialami setiap orang. Namun anak dengan kemampuan ini dapat mempengaruhi pola pikirnya dan dapat mengganggu konsentrasi belajarnya. Seperti adanya illusi, visiun, halusinasi yang mencul ketika anak sedang dalam kondisi belajar. Anak akan sulit untuk berkonsentrasi dalam pelajaran yang diberikan guru. Ketika di rumah pun anak juga sulit untuk belajar. Maka anakpun mengalami masalah belajar. Terlebih jika anak tersebut masih duduk di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Maka dari itu peran orang tua serta guru selaku orang tua siswa di sekolah, harus paham bagaimana menangangi serta mengembangkan anak – anak yang memiliki bakat paragnosi dan parergi. Guru bk dapat memberikan layanan bimbingan belajar dengan menggunakan teori belajar pemrosesan informasi yang dikemukakan Gagne. Pemrosesan informasi sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir. Tahapan meliputi 8 fase, namun sebelum melangkah jauh dengan menggunkan teori tersebut, langkah awal yang dapat diambil yaitu:
1.      Memberikan AUM PTSDL (Alat Ungkap Masalah Prasyarat Penguasaan materi pelajaran, Keterampilan belajar, Sarana belajar, Keadaan diri pribadi, Lingkungan belajar dan sosio-emosional) untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi masalah belajarnya selain dari bakat paragnosi dan parergi. Serta meningkatkan cara belajar yang sudah baik.
2.      Menganalisis hasil belajar dan karyanya. Hasil belajar diamati dengan cara yang sistematik dan menggunakan pedoman tertentu agar pengamatan terarah.

Setelah itu, konselor dapat memberikan bantuan dengan menggunakan 8 fase penerapan teori pemrosesan informasi :
1.      Fase Motivasi
Anak dengan bakat ini harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan bahwa belajar ia dapat membantu keluarga, orang lain, dan teman sekitarnya  dengan kemampuan yang dimilikinya.

2.      Fase Pemahaman/Pengenalan
Pemahaman akan apa yang ia miliki serta fungsi belajar. Belajar akan membuat anak lebih mampu untuk berfikir rasional dan sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia. Dan kewajibannya sebagai seoang pelajar. Pemahaman bahwa segala sesuatu yang ada dalam diri manusia pasti memiliki fungsi. Informasi yang diperolehnya haruslah dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

3.      Fase Pemerolehan
Bila anak tersebut memperhatikan informasi yang relavan, maka ia telah siap untuk menerima pembelajaran. Informasi disajikan, informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori anak/ siswa. Siswa dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari informasi itu atau membentuk asosiasi baru antara informasi baru dan informasi lama.

4.      Fase Penyimpanan/Retensi 
Informasi baru yang diperoleh daru dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktik, elaborasi, dll. Anak dengan kemampuan ini dapat menerima informasi tentang kejadian yang akan datang. Guru bk dapat memberikannya pemahaman bahwa segala informasi yang didapat tidak sepenuhnya harus diungkapkan karena dapat menimbulkan keresahan. Maka penting untuk memberikan pemahaman bahwa informasi dapat disimpan dahulu sampai waktu yang tepat untuk dikeluarkan. Terlebih jika informasi itu datang ketika dalam suasana belajar.

5.      Fase Ingatan Kembali/Pemanggilan/Recall.
Bagian penting dalam belajar adalah memperoleh hubungan dengan apa yang telah dipelajari, yaitu dengan memanggil (Recall) informasi. Ingatan kembali sering kali muncul dan bersamaan dengan informasi baru. Namun guru bk mengarahkan anak untuk memanggil ingatan kembali tentang pelajaran yang didapat agar selalu konsen ketika sedang belajar. Bukan informasi mengenai hal diluar materi pembelajaran.

6.      Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar.

7.      Fase Perlakuan/Penampilan
Pra siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak. Seperti sudh bisa menahan emosinya, menahan mengenalikan konsentrasi dan lain sebagainya.
8.      Fase Balikan/ Umpan balik

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, yang menunjukan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.

            Memang tidaklah mudah untuk membuat anak dengan kemampuan ini untuk dapat berkonsentrasi secara maksimal ketika sedang dalam proses belajar mengajar tetapi dalam keadaan apaun ia dapat belajar jika ia sudah mengenali konsep belajar dalam dirinya. Anak dengan bakat ini biasanya memiliki intelejensi diatas rata – rata tetapi memiliki hambatan dalam belajar karena sulit berkonsentrasi dan kesulitan untuk menahan diri.


Daftar Pustaka
Feldmen, Robert S. 2012, Pengantar Psikologi : Understanding Psychology. Terj. Petty Gina Gayatri,  Ed.10, Bk.2. Jakarta : Salemba Humanika
Kartoadmojo, Soeanto. 1995,  Parapsikologi : Paragnosi, Parergi, dan Data Paranormal. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS